Musang luwak
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Musang luwak adalah hewan menyusu (
mamalia) yang
termasuk suku
musang
dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah
Paradoxurus hermaphroditus
dan di Malaysia dikenal sebagai
musang pulut.
Hewan ini juga
dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum,
Betawi),
careuh bulan (
Sunda),
luak atau
luwak (
Jawa),
serta
common palm civet,
common musang,
house musang atau
toddy
cat dalam
bahasa Inggris.
Pemerian
Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor,
sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli
(coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya
berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus,
atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih
pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah
hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis
hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
Kebiasaan
Musang luwak adalah salah satu jenis
mamalia
liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini
amat pandai memanjat dan bersifat
arboreal,
lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk
turun ke tanah. Musang juga bersifat
nokturnal,
aktif di malam hari untuk mencari makanan dan lain-lain aktivitas hidupnya.
Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap
rumah, meniti
kabel listrik untuk berpindah
dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat
dapur rumah. Musang luwak juga menyukai
hutan-hutan sekunder.
Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri
ayam,
walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buah-buahan di
kebun dan
pekarangan.
Termasuk di antaranya
pepaya,
pisang, dan buah pohon
kayu afrika
(
Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka
serangga,
moluska,
cacing
tanah,
kadal
serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia
kecil seperti
tikus.
Di tempat-tempat yang biasa dilaluinya, di atas batu atau tanah yang keras,
seringkali didapati tumpukan kotoran musang dengan aneka
biji-bijian
yang tidak tercerna di dalamnya. Agaknya pencernaan musang ini begitu singkat
dan sederhana, sehingga biji-biji itu keluar lagi dengan utuh. Karena itu
pulalah, konon musang luwak memilih buah yang betul-betul masak untuk menjadi
santapannya. Maka terkenal istilah
kopi
luwak dari
Jawa, yang menurut cerita dari mulut ke mulut
diperoleh dari biji
kopi
hasil pilihan musang luwak, dan telah mengalami ‘proses’ melalui pencernaannya!
Akan tetapi sesungguhnya ada implikasi
ekologis
yang penting dari kebiasaan musang tersebut. Jenis-jenis musang lalu dikenal
sebagai pemencar biji yang baik dan sangat penting peranannya dalam
ekosistem
hutan.
Pada siang hari musang luwak tidur di lubang-lubang kayu, atau jika di
perkotaan, di ruang-ruang gelap di bawah atap. Hewan ini melahirkan 2-4 anak,
yang diasuh induk betina hingga mampu mencari makanan sendiri.
Sebagaimana aneka kerabatnya dari Viverridae, musang luwak mengeluarkan
semacam bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai
harum daun
pandan,
namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Kemungkinan bau ini digunakan
untuk menandai batas-batas
teritorinya, dan pada pihak
lain untuk mengetahui kehadiran hewan sejenisnya di wilayah jelajahnya.
Jenis yang berkerabat dan penyebaran
Ada empat
spesies musang dari marga
Paradoxurus, yalah:
- Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar
luas mulai dari India
dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka,
Bangladesh,
Burma, Asia
Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina.
Di Indonesia
didapati di Sumatra,
Kalimantan,
Jawa, Nusa
Tenggara, Sulawesi bagian selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku.
- Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri
Lanka.
- Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara
bagian Kerala,
India selatan.
- Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Jenis yang serupa
- Musang akar (Arctogalidia
trivirgata), dengan ekor yang umumnya lebih panjang dari kepala dan
tubuhnya, tiga garis punggung yang tanpa atau hampir tidak terputus, dan
tidak memiliki bintik-bintik di sisi tubuhnya. Musang akar hidup di hutan.
- Musang
galing (Paguma larvata), biasanya lebih kemerahan (tengguli),
tanpa bintik-bintik di sisi tubuh, wajah putih kekuningan dengan ‘topeng’
gelap kehitaman di sekitar mata.
- Musang
rase (Viverricula indica), ekor berbelang-belang sempurna,
hitam putih, 6-9 buah.
Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan
beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak
atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini
disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang
atau Toddy Cat.
Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus.
Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari
kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan,
namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan.
Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai sulit
ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri juga karena
pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya Musang. Terkadang
namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang
baik.
Di perkotaan tempat yang bisa dipakai untuk bersarang Musang masih banyak di
jumpai seperti di atas plafon rumah atau kantor, tetapi daerah untuk mencari
sumber makanan yang agak sulit ditemukan oleh Musang, karena sedikitnya pohon
buah-buahan yang boleh diambil gratis oleh Musang. Mungkin karena tidak
tersedianya buah-buahan di pohon sebagai sumber makanannya, maka terpaksalah
Musang makan kepala ayam, merpati peliharaan bahkan telur-telurnya. Inilah
akhir dari sejarah petualangan si Musang karena diburu dan kemudian di bunuh
tanpa ampun.
Padahal terdapat sisi baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa
(Paradoxurus hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang
pandai memilih biji kopi terbaik yang setelah dimakan dan dikeluarkan bersama
tinjanya kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi
luwak. Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi saja, tetapi juga
buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan, alkautsar, sawo kecik dsb, yang
kemudian biji dari buah-buahan tersebut akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi
pohon-pohon baru.
Nah kalau begitu Musang sangat berjasa membantu penghijauan, puji syukur kepada
Tuhan yang telah menciptakan makhluk dengan pencernaan yang sederhana sehingga
biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya.
Kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis
sebagai pemencar biji yang baik.
Diskripsi, Ciri, dan Perilaku. Musang Pandan atau
Common Palm Civet bertubuh sedang berukuran sekitar 50 cm dengan ekor panjang
mencapai 45 cm dan berat rata-rata 3,2 kg. Tubuh Luwak ditutupi bulu berwarna
kecoklatan dengan moncong dan ekor berwarna kehitaman.
Sisi bagian atas berwarna abu-abu kecoklatan dengan variasi warna coklat merah
tua. Muka kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah
hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis
hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan mamalia yang
bersifat arboreal (hidup di pepohonan) meski sering juga turun di atas tanah.
Musang Pandan juga merupakan binatang nokturnal yang beraktifitas di malam
hari.
Musang Pandan merupakan hewan omnivora. Makanan utamanya adalah
buah-buahan lembek seperti buah kopi, mangga, pepaya, dan rambutan. Namun Luwak
juga memakan telur, serangga, burung dan mamalia kecil.
Persebaran dan Konservasi. Musang Pandan atau Common Palm Civet (Paradoxurus
hermaphroditus) tersebar luas mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei
Darussalam, China, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia,
Myanmar, Nepal, Singapura, Srilanka, Thailand, dan Vietnam.
Di Indonesia Musang Pandan tersebar secara alami mulai dari Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan. Selain itu juga telah diintoduksi ke Papua, Nusa Tenggara,
Sulawesi, dan Maluku.
Habitat yang disukai adalah hutan, semak-semak, hutan sekunder, perkebunan, dan
di sekitar pemukiman manusia. Musang Pandan (Paradoxurus hermaphroditus)
dapat hidup di daerah dataran rendah hingga di daerah dengan ketinggian 2.500
meter dpl.
Populasi dianggap masih banyak dan aman dari kepunahan. Karena itu, IUCN
Redlist hanya memasukkannya dalam status konservasi Least Concern sejak 1996.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas:
Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Viverridae; Genus: Paradoxurus; Spesies:
Paradoxurus hermaphroditus.
sumber : http://kse-education.blogspot.co.id/2013/11/pengetahuan-singkat-tentang-musang.html